Tradisi Methil

ANALISIS NILAI KARAKTER TRADISI METHIL DALAM PERSPEKTIF KEARIFAN LOKAL DI DESA GIRIWONDO KECAMATAN JUMAPOLO



Nama : Ayu Winingsih
 NIM :1652100157
 Kelas :Keuangan 1


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2018/2019


PENDAHULUAN
Kebudayaan adalah himpunan keseluruhan dari semua cara manusia berpikir, berperasaan, dan berbuat, serta segala sesuatu yang dimiliki manusia sebagai anggota masyarakat, yang dapat dipelajari, dan dialihkan dari suatu generasi berikutnya. Kebudayaan lahir karena kemampuan akal budi manusia yang mampu mengembangkan sistem-sistem tindakan untuk mencukupi segala kebutuhan hidupnya. Jadi, kebudayaan dan manusia tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena kebudayaan itu lahir dari pola perilaku manusia itu sendiri yang berguna bagi pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Pulau Jawa merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak sekali kebudayaan lokal. Kebudayaan sering kali dikaitkan dengan istilah tradisi atau adat istiadat. Hubungan keduanya adalah tradisi merupakan bagian dari suatu kebudayaan. Dalam suatu tradisi sering kali kita jumpai mitos-mitos yang masih dipercaya sebagian orang terutama mereka yang tinggal di daerah pedesaan.
Modernisasi merupakan suatu ancaman sekaligus penolong bagi manusia. Ancaman yang ada bisa berupa perubahan secara besar-besaran terhadap pola perilaku masyarakat yang sekarang ini mulai melunturkan jati diri bangsa sedangkan dampak positifnya adalah membantu masyarakat dalam kehidupan sehari-hari karena majunya perkembangan di segala bidang. Ancaman yang diberikan oleh modernisasi ini pun berdampak kepada kebudayaan-kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Dampak yang ada bisa tejadi karena adanya proses akulturasi.
Salah satu daerah yang ada di provinsi Jawa Tengah, yaitu desa Giriwondo, Kecamatan Jumapolo, Kabupaten Karanganyar hingga sampai saat ini masih mempertahankan ataupun menjalankan tradisi “Methil”. Tradisi tersebut berupa kegiatan bancaan yang dilakukan oleh mereka yang memiliki sawah. Pelaksanaan tradisi tersebut dilakukan oleh mereka saat menjelang panen raya padi. Karena, masyarakat desa Giriwondo masih mempertahankan tradisi lokal tersebut hingga era modernisasi seperti sekarang ini.
Rumusan Masalah
Nilai-nilai karakter apa yang ada pada tradisi Methil ?
Bagaimanakah tradisi Methil dapat digunakan sarana melestarikan kearifan lokal   di desa Giriwondo ?
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui nilai-nilai karakter yang ada pada tradisi Methil
Untuk mengetahui tradisi Methil dapat digunakan sarana melestarikan kearifan lokal di desa Giriwondo



KAJIAN TEORI

Pengertian Tradisi Methil
Tradisi methil merupakan simbol rasa syukur kepada sang maha pencipta Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan karunia yang telah dilimpahkan serta kepercayaan masyarakat jawa tentang adanya Dewi Sri atau Dewi Padi sebagai simbol dari kemakmuran selain itu ada beberapa juga dengan pemikiran untuk memberi penghormatan kepada pepunden (penunggu) yang mbaurekso (menguasai) tanah sawah tersebut. Sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada pepunden, Sebagai pemilik sawah akan memberikan persembahan sesaji yang menjadi kelangenan (kesukaan) pepunden yang mbaurekso tanah sawah hal ini akan dimulainya panen raya padi oleh pemilik sawah (Setyo Ari Kusmawan; 2011).
Methil pari merupakan ungkapan dari penduduk Desa Giriwondo untuk menyebut methil yang dilakukan menjelang masa panen. Di daerah lain disebut juga upacara ritual wiwitan ada pula yang menyebutkannya methik pari. “Wiwitan yaitu sebuah ritual yang dilakukan menjelang masa panen sebagai ungkapan rasa syukur petani atas hasil panen padi. Tradisi ini sebagai perwujudan untuk menghormati Dewi Sri yang diyakini orang Jawa sebagai dewa padi. Dia adalah pembawa berkah dalam bidang pertanian.
Arti Pengertian Tradisi Methil
Tradisi Methil adalah tradisi para petani untuk mengungkapkan rasa syukur akan dimulainya panen padi, kata methil sendiri diambil dari kata mithili (memotong), dalam hal ini  bertepatan dengan panen padi (Setyo Ari Kusmawan; 2011). Ritual ini juga dimaksudkan untuk memberi penghormatan kepada pepunden (penunggu) yang mbaurekso (menguasai) tanah sawah tersebut. Sebagai ungkapan rasa terima kasih  kepada pepunden, pe,ilik sawah akan memberikan persembahan sesaji yang menjadi kelangenan (kesukaan) pepunden yang mbaurekso tanah sawah.
Tujuan Tradisi Methil
Tradisi Methil dilakukan sebagai ungkapan atau simbol rasa syukur masyarakat kepada Allah SWT atas segala kenikmatan dan berkah yang telah diberikan. Selain itu, upacara tradisi ini digunakan sebagai tolak bala untuk menjauhkan dari berbagai macam bencana dan gangguan.
Herki (001) menyatakan bahwa tradisi methil sudah menjadi tradisi masyarakat petani ditanah jawa, khususnya di pedesaan wilayah Surakarta yaitu di Desa Giriwondo untuk melaksanakan ritual methil yang dilakukan sebelum memanen padi. Proses ini bertujuan untuk menjemput dewi padi yang dikenal dengan sebutan Dewi Sri. Tradisi yang sudah turun temurun merupakan warisan leluhur yang kini sudah jarang dilakukan.
Ubo rampe yang digunakan untuk tradisi methil
Uborampe dalam tradisi methil yang biasanya dilakukan oleh warga Di Desa Giriwondo terdiri dari:
Uborampe yang digunakan untuk sesaji berisikan: Takir (terbuat dari daun pisang), telur ayam kampung, cabe, kencur, tembakau, tembakau, gula merah, kacang merah, kelapa, daun dadap, parem, uang koin, daun kapur sirih,  kemenyan dan kembang warna warni.
Uborampe yang digunakan untuk selametan berisikan: Nasi, ayam goreng, telur rebus, bhotok, urap-urap, tahu, tempe, sambal goreng dan dua sisir pisang.
Cara melaksanakan tradisi methil
Proses pelaksanaan tradisi “methil” adalah suatu proses dimana warga melakukan beberapa tahap sebelum mereka melaksanakan panen raya padi. Berikut ini, beberapa proses atau tahapan yang harus dilakukan oleh warga desa Giriwondo. Proses atau tahapan pertama yang dilakukan oleh warga masyarakat desa Giriwondo yang melaksanakan tradisi tersebut di sawah adalah menentukan hari baik untuk melaksanakan tradisi tersebut, proses kedua yaitu menyiapkan sesaji yang mau digunakan untuk mrethil. Sesajian yang dimasyarakat Desa Giriwondo lebih dikenal dengan nama uborampe yang didalam sesajian berisi perlengkapan yang akan digunakan untuk melakukan tradisi methil. Proses ketiga yaitu memberi batas lokasi sawah yang akan dipethil, keempat yaitu menyiapkan sesaji, dan yang terakhir yaitu pelaksanaan “methil ” itu sendiri yang disertai dengan do’a. Sedangkan mereka yang memilih melaksanakan tradisi “methil” di sawah proses pelaksanaannya lebih simpel yaitu hanya dengan menentukan hari baik dan menyiapkan makanan, sesaji dalam porsi kecil dan selanjutnya dibawa ke sawah untuk ditempatkan dipojok-pojok sawah. Sedangkan pelaksanaan tradisi methil yang dilakukan dirumah lebih rumit yaitu menyiapan hari baik serta sesaji dan makanan dalam porsi banyak. Makanan tersebut yang sebagian untuk bancaan dirumah dan sebagian untuk bancaan disawah. Semua perlengkapan  dibawa ke sawah untuk upacara bancaan. Warga masyarakat Desa Giriwondo sekarang ini menggunakan tradisi yang simpel yaitu dengan melakukan bancaan yang ada disawah, hanya dengan membawa satu bungkus nasi dan satu takir peralatan uborampe dan ditempat kan disatu sisi sawah. Masyarakat Desa Giriwondo melaksanakan selamatan agar hasil pertanian yang dihasilkan lebih bermanfaat. Tradisi yang selalu memuliakan Dewi Sri adalah selamatan memanen padi yang disebut wiwit.
Pengertian Kearifan Lokal
Kearifan lokal merupakan suatu bentuk warisan budaya Indonesia. Kearifan lokal terbentuk sebagai sebagai proses interaksi antara manusia dengan lingkungannya dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhannya. Proses-proses terbentuknya kearifan lokal sangat bergantung kepada potensi sumber daya alam dan lingkungan serta dipengaruhi oleh pandangan, sikap, dan perilaku masyarakat setempat terhadap alam dan lingungannya. Kearifan lokal berbeda-beda di setiap daerah dan di dalamnya terkandung berbagai norma dan nilai religius tertentu. Namun, pada dasarnya proses kearifan lokal berjalan selaras dengan alam. Hal ini sesuai dengan pendapat Edmund Woga bahwa secara substantif, kearifan lokal berorientasi pada keseimbangan dan harmoni manusia, alam, dan budaya, kelestarian dan keragaman alam dan kultur, konservasi sumberdaya alam dan warisan buadaya, penghemtan suberdaya yang bernilai ekonomi, moralitas dan spiritualitas (Suyahman; 2017).
Kearifan lokal adalah segala bentuk kebijaksanaan yang didasari oleh nilai-nilai kebaikan yang dipercaya, diterapkan dan senantiasa dijaga keberlangsungannya dalam kurun waktu yang cukup lama (secara turun-temurun) oleh sekelompok orang dalam lingkungan atau wilayah tertentu yang menjadi tempat tinggal mereka. Kearifan lokal tumbuh dan menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat itu sendiri,.
Tujuan Kearifan Lokal
Tujuan dari kearifan lokal adalah bisa sebagai pelindung kebudayaan asing sehingga dapat lestari. Di dalam bidang pariwisata, kearifan lokal juga bisa bermanfaat untuk melindungi kawasan dari kerusakan. Pandangan masyarakat tentang bagaimana merawat alam bisa menjadi strategi yang jitu untuk memberi kesadaran terhadap masyarakat.
Jenis-Jenis Kearifan Lokal
Bentuk kearifan lokal dikategorikan kedalam 2 aspek yaitu:
Kearifan Lokal yang Berwujud Nyata (Tangible)
Kearifan lokal yang berwujud nyata, meliputi :
a. Tekstual, beberapa jenis kearifan lokal seperti sistem nilai, tata cara, ketentuan khusus yang dituangkan ke dalam bentuk catatan tertulis seperti yang ditemui dalam kitab tradisional primbon, kalender dan prasi atau budaya tulis di atas lembaran daun lontar.
b. Bangunan/Arsitektural
c. Benda Cagar Budaya/Tradisional (Karya Seni), misalnya keris, batik dan lain sebagainya.

Kearifan Lokal yang Tidak Berwujud (Intangible)
Kearifan lokal yang tidak berwujud seperti petuah yang disampaikan secara verbal dan turun temurun yang bisa berupa nyanyian dan kidung yang mengandung nilai ajaran tradisional. Melalui petuah atau bentuk kearifan lokal yang tidak berwujud lainnya, nilai sosial disampaikan secara oral/verbal dari generasi ke generasi. Berikut contoh kearifan lokal yang mengandung etika lingkungan sunda yaitu:
Hirup katungkul ku pati, paeh teu nyaho di mangsa (Segala sesuatu ada batasnya, termasuk sumberdaya alam dan lingkungan).
Kudu inget ka bali geusan ngajadi (Manusia bagian dari alam, harus mencintai alam, tidak tepisahkan dari alam).
Cara Melestarikan Kearifan Lokal
Kearifan lokal dalam mempertahankan eksistensinya, diperlukan suatu usaha untuk menjaganya untuk tetap berkembang dalam masyarakat. Usaha tersebut harus disertai dengan kesadaran akan peranan kearifan lokal yang sangat penting di dalam menghadapi permasalahan.
Pendidikan merupakan media dimana dalam proses pembelajaran ditanamkan nilai-nilai. Dalam memberdayakan kearifan lokal dapat dilakukan dengan mengintegrasikan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya muatan lokal. Sedangkan untuk menanamkan nilai-nilai kelingkungan dapat dilakukan dengan hal yang sama maupun dengan mata pelajaran khusus, seperti pendidikan kelingkungan hidup.
Pendidikan tidak hanya di dalam bangku sekolah. Pendidikan yang lebih penting adalah pendidikan sejak dini yang dimulai dari keluarga dengan memperkenalkan kearifan lokal dan menanamkan pedulu lingkungan kepada anggota keluarga. Sesuai yang telah dibahas di atas, globalisasi dan westernisasi mengancam kearifan lokal. Untuk itu dalam setiap unsur asing yang masuk, hendaknya tetap memegang nilai-nilai asli sebagai pedoman.
Usulan Bagi Pemerintah
      Lebih menegakkan hukum tentang unadang-undang lingkungan hidup merupakan hal yang wajib dilakukan. Disamping itu diperlukan usaha penghijauan dan gerakan peduli lingkungan yang harus dilakukan mengingat kerusakan alam semakin parah.
b.Usulan bagi masyarakat
      Kesadaran, kepedulian, dan sikap tanggung jawab diperlukan dalam menjaga kelestarian lingkungan. Sadar bahwa lingkungan merupakan hal penting untuk kelangsungan hidup manusia. Peduli untuk melestarikan dan menjaga lingkungan, serta kegiatan manusia harus disertai rasa tanggung jawab terhadap alam.
Pentingnya Pendidikan Karakter
Perkembangan global telah memberi peluang dan ancaman bagi bangsa indonesia. Dengan perkembangan global bangsa ini telah menunjukan kemampuannya mengambil pluang dalam promosi perdangan produk dan promosi pariwisata di semua kawasan negara-negara di dunia. Di sisi lain dengan perkembangan global pula bangsa ini telah terkna virus yang multi komplek yang melanda di kalangan dunia remaja, misalnya pergaulan bebas,individualisme, egoisme, menurunnya sikap kekurang pedulian terhadap orang lain, menurunnya jiwa nasionalise dan patriotisme, menurunnya jiwa kemandirian, menurunnya jiwa kewirausahaan, menurunnya jiwa kegotong royongan, dan menurunnya karakter-karakter lainnya.Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan keluarga. Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian massal dan berbagai kasus dekadensi moralainnya. Bahkan, di kota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan keluarga sebagai lembaga pendidikan yang pertama dan utama pembinaan karakter anak diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukankepribadian amal melalui peningkatan pembiasaan karakter dalam kehidupan sehari-hari Para pakar pendidikan pada umumnya sependapat tentang pentingnya upaya peningkatan pendidikan karakter pada jalur pendidikan keluarga. Namun demikian, ada perbedaan-perbedaan pendapat di antara mereka tentang pendekatan dan modus pendidikannya. Berhubungan dengan pendekatan, sebagian pakar menyarankan penggunaan pendekatan-pendekatan pendidikan moral yang dikembangkan di negara-negara barat, seperti: pendekatan perkembangan moral kognitif, pendekatan analisis nilai dan pendekatan klarifikasi nilai. Sebagian yang lain menyarankan penggunaan pendekatan tradisional, yakni melalui penanaman nilai-nilai sosial tertentu dalam diri anak melalui pembiasaan dalam kehidupan keluarga. (Suyahman,2017).
Tanggung Kawab Pemerintah Sebagai Penyelenggara Dalam Kehidupan Negeri
Sebuah kewajiban dan tanggung jawab pemerintah sebagai penyelenggara negara dalam kehidupan negeri ini. Maka, pemerataan kesempatan mengikuti proses  pendidikan dan pembelajaran tidak hanya terbatas pada kelompoknya yang mampu saja, namun harus menyeluruh untuk setiap lapisa masyarakat. Istilah pendidikan untuk semua atau Education for All mulai digunakan pada waktu kawasan Asia Pasifik menyusun program yang disebut APPEAL (Asia Pasific Programme of Education for All). Program ini disusun oleh kantor prinsipal UNESCO untuk Asia Pasifik (Bangkok, Thailand) yang waktu itu dipimpin oleh Prof.Dr.Makaminan Makagiansar (almarhum) dan beliau mendampingi direktur jenderal UNESCO yang mengumumkan pelaksanaan APPEAL dari New Delhi di bulan Februari 1987. Program Asia Pasifik tentang pendidikan untuk semua (APPEAL) ini terdiri dari tiga buah sub-program, yakni (a)Pemberantasan buta huruf, (b) Universalisasi pendidikan (sekolah) dasar, dan (c) peranan pendidikan dalam pembangunan. Setiap negara di kawasan Asia Pasifik membentuk suatu badan antardepartemen untuk melaksanakan APPEAL di negara masingmasing. Indonesia tidak ketinggalan dan badan antar departemen Education For All merupakan salah satu solusi untuk memecahkan masalah pendidikan khususnya berkenaan dengan pemerataan pendidikan. Semua orang berhak dan wajib untuk belajar supaya bisa mengembangkan potensi yang dimiliki dan bisa memperbaiki hidupnya di masa yang akan datang agar lebih baik lagi. Pertemuan Forum Pendidikan se-dunia yang diselenggarakan di Dakar, Senegal, pada 26 sampai 28 April 2000, berakhir dengan disepakatinya Rancanga Kerja Dakar untuk Aksi ( The Dakar Framework for Action) yang membidangi komitmen menyeluruh yang vital untuk mencapai pendidikan untuk semua (Education For All) pada 2015. Titik tekan kerangka kerja dakar untuk aksi ini adalah secara utuh memenuhi kebutuhan pengarahan, memantapkan aksi untuk menjamin terlaksananya berbagai komitmen yang dibuat tidak hanya di dakar tetapi juga di berbagai pertemuan internasional pada 1990-an, di samping deklarasi HAM dan Konvensi Hak Anak (CRC). Dari beberapa faktor Pembangunan pendidikan nasional di Indonesia saat ini menghadapi banyak masalah dan tantangan, faktor yang paling dominan yang menyebabkan banyak anak putus sekolah ialah faktor ekonomi jika dibandingkan dengan faktor-faktor yang lain. Idealnya, setiap keluarga harus berpenghasilan yang cukup besar sehingga dapat membiayai semua kebutuhan hidup, namun dalam kenyataannya hal itu sulit untuk dicapai, karena kebutuhan dan keinginan yang berkembang sedemikian cepat sehingga berapa pun penghasilan yang didapatkan selalu tidak cukup untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan. Education for All atau pendidikan untuk semua merupakan sebuah solusi atau alternatif dalam mengatasi masalah pendidikan tersebut. Education for All atau Pendidikan untuk semua merupakan penjabaran UUD 1945 mengenai pendidikan untuk masyarakat. Sebuah kewajiban dan tanggung jawab pemerintah sebagai penyelenggara negara dalam kehidupan negeri ini. (Suyahman,2016).
Pentingnya Mutu Pembelajaran Dalam Menguah Sifat, Perilaku Seseorang
Mutu pembelajaran dapat dikatakan sebagai gambaran mengenai baik buruknya hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Sekolah dianggap bermutu bila berhasil mengubah sikap. Perilaku dan keterampilan peserta didik dikaikan dengan tujuan pendidikannya. Mutu pendidikan sebagai sistem selanjutnya tergantung pada mutu komponen yang membentuk sistem, serta proses pembelajaran yang berlangsung hingga membuahkan hasil. (Suyahman,2017).
Kebijakan Pemerintah Terhadap Masyarakat
Sekolah gratis merupakan sebuah kebijakan yang dilandasi kepedulian pemerintah terhadap nasib rakyat indonesia. Masih banyaknya rakyat indonesia yang terkurung dalam kebodohan membuat pemerintah mengambil langkah strategis yaitu sekolah gratis. Hal ini perlu diwaspadai, tidak ada pendidikan yang gratis. Sekolah gratis artinya masyarakat tidak perlu membayar biayanya, tetapi yang membayar adalah pemerintah. Melihat fenomena masyarakat tidak terbebani sedikit pun untuk mengakses pendidikan, tidak jarang masyarakat tidak termotivasi untuk belajar dan berusaha emanfaatkan peluang yang ada. Kecenderungan ini kadang berimbas pada prestasi belajar siswa, artinya  mereka yang bersekolah gratis memiliki kecenderungan masa bodoh dan enggan berusaha. (Suyahman, 2016).




METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif. Dalam pandangan Bogdan dan Taylor (1975), mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, (Lexy J. Moleong,2006). Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan Subjek penelitian ini adalah tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh pemuda di Desa Giriwondo, dan objeknya adalah internalisasi analisis nilai karakter tradisi methil dalam perspektif kearifan lokal di Desa Giriwondo. Metode pengumpulen data dalam studi ini menggunakan teknik interview terhadap tokoh adat dengan memberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan tema penelitian, observasi terhadap berbagai bentuk nilai karakter tradisi methil di Desa Giriwondo, dan dokumentasi berupa data dokumen dan foto.
Dilain pihak Kirk dan Miller (Moleong, 2006), mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif merupakan tradisi dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia. Metodologi kualitatif menurut (Denzin dan Lincon 1987) merupakan peneitian yang menggunakan latar ilmiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dlam penelitian kualitatif, menurut Strauss dan Oorbin dalam B Mrowi dan Sudftin 9Rusian, 2003),3 merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunkan prosedur statistik atau cara kuantitatif lainnya. Metodologi kualitatif dapat dipergunakan untuk penelitian kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsional organisasi, peristiwa tertentu, pergerakan-pergerakan sosial dan hubungan kekerabatan dalam keluarga.
Untuk mendapatkan kevalidan data maka dilakukan triangulasi data dan metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif yang terdiri dari 3 tahap yaitu: reduksi data, display data dan verifikasi data.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Nilai-Nilai Karakter Yang Ada Pada Tradisi Methil
Dalam tradisi “methil” yang sangat tradisional tersebut pastilah didalamnya mengandung nilai. Berdasarkan wawancara yang saya lakukan kepada Mbah Surip di desa Giriwondo terdapat nilai-nilai karakte. Bahwa dalam tradisi “methil” tersebut mengandung 8 unsur nilai, yaitu nilai religius, nilai toleransi, nilai tanggung jawab, nilai kreatif, nilai tanah air, nilai peduli lingkungan, nilai komunikatif, nilai peduli sosial.
Pendidikan bukan sekedar transfer informasi tentang ilmu pengetahuan dari pendidik kepada peserta didiknya, melainkan suatu proses pembentukan karakter. Apa yang terjadi pada pendidikan di era sekarang sungguh memprihatinkan, banyak sekali kasus korupsi, narkoba, kekerasan, bullying, menyontek, bahkan tindakan asusila menjadi suatu hal yang dianggap biasa. hal itu terjadi karena hilangnya karakter baik dari dalam diri individu. Pendidikan karakter berkaitan tentang bagaimana menanamkan kebiasaan tentang hal-hal baik dalam kehidupan, sehingga seseorang memiliki kesadaran, kepekaan, pemahaman, kepedulian, serta komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari.
Penanaman kebiasaan itu tidak hanya dilakukan dalam lingkungan sekolah saja, lingkungan keluarga dan masyarakat juga memiliki andil yang cukup besar. Pendidikan karakter bisa dibangun dalam berbagai situasi dan kondisi, salah satunya melalui tradisi. Tradisi merupakan adat kebiasan yang dilakukan secara tumun-temurun dan sudah menjadi kebiasaan atau rutinitas warga. Hal itu tentu sedikit banyak mempengaruhi karakter masyarakatnya. Seperti halnya tradisi methil di Dusun Ngijo Desa Giriwondo Kecamatan Jumapolo Karanganyar juga terdapat nilai pendidikan karakter didalamnya.Berdasarkan hasil wawancara saya dengan Mbah Surip sesepuh Di Desa Giriwondo dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam tradisi methil di Dusun Ngijo Desa Giriwondo adalah sebagai berikut:
a. Religius
Religius merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Nilai religius dalam tradisi methil terlihat ketika prosesi slametan/kenduri. Dalam pelaksanaannya, slametan diikuti warga yang beragama Islam. Semua berbaur menjadi satu bersama-sama berdo’a sesuai keyakinan masing-masing, meskipun yang memimpin do’a merupakan tokoh agama Islam namun agama lain juga ikut mengamini.
b. Toleransi
Toleransi merupakan sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Toleransi dalam tradisi methil ditujukan dengan saling menghargai terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan keyakinannya. Disebutkan dengan menghargai orang yang masih percaya dengan pemberian sesaji, tidak menjauhi, atau membenci.
Tanggungjawab
Tanggungjawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan alam, sosial, dan budaya, negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Nilai tanggungjawab dalam tradisi methil terlihat dari sejauh mana yang ditunjuk untuk mengurus taradisi methil menjalankan tugasnya
d. Kreatif
Kreatif merupakan berfikir dan melakukan sesuatu yang menghasilkan cara atau hasil baru berdasarkan sesuatu yang telah dimiliki. Dalam tradisi methil, hal itu terlihat ketika pelaksanaan slametan warga masyarakat menyajikan makanan dengan berbagai macam masakan.
e. Cinta Tanah Air
Cinta tanah air merupakan cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa. Tercermin dalam masih dilestarikannya budaya tradisi methil.
f. Peduli Lingkungan
Peduli lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Nilai ini terlihat ketika warga masyarakat masih melakukan tradisi methil sebagai rasa syukur atas hasil alam/bumi untuk mengingat Tuhan sang pencipta alam, bagaimana kita mencintai alam dengan tidak merusaknya secara langsung serta menanamnya kembali agar menghasilkan produksi hasil bumi (bersatunya kita dengan alam).
g. Komunikatif
Komunikatif merupakan tindakan yang memerlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. hal ini terlihat dengan seringnya warga bertatap muka, bertegur sapa selam tradisi methil.
h. Peduli sosial
Peduli sosial merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Nilai itu terlihat dengan mengundang seluruh keluarga, kerabat, sahabat untuk makan tanpa memandang status sosialnya.
Tradisi Methil Dapat Digunakan Sebagai Sarana Melestarikan Kearifan Lokal Di Desa Giriwondo
Kearifan lokal bagian dari gagasan-gagasan, nilai-nilai atau pandangan dari suatu tempat yang dimiliki dan bernilai baik yang diikuti dan dipercayai oleh masyarakat di Desa Giriwondo dan sudah diikuti secara turun temurun.Tujuan kearifan lokal adalah sebagai pelindung kebudayaan lokal dari kebudayaan asing sehingga dapat lestari. Di Desa Giriwondo terdapat satu tradisi yaitu tradisi methil atau metik pari. Ritual Methil Mbok Sri adalah tradisi para petani untuk mengungkapkan rasa syukur akan dimulainya panen padi. Tradisi methil merupakan simbol rasa syukur kepada sang maha pencipta Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan karunia yang telah dilimpahkan serta kepercayaan masyarakat Desa Giriwondo tentang adanya mbok Dewi Sri atau Dewi Padi sebagai simbol dari kemakmuran. Arus modernisasi berjalan begitu cepat dalam perkembangan kehidupan. Modernisasi sekarang ini menyerang berbagai bidang kehidupan. Baik politik, ekonomi, sosial, pendidikan, IT, atupun budaya. Oleh sebab itu, perlu adanya ketahanan diri bangsa terhadap pengaruh yang diberikan oleh modernisasi tersebut.
 Modernisasi yang terjadi di kota-kota besar cenderung berjalan lebih cepat dibandingkan dengan di desa-desa. Hal tersebut diakibatkan karena di desa masyarakatnya masih cenderung tradisional dan mempertahankan adat-adat serta .Di Desa Giriwondo, masyarakatnya masih cenderung tradisional dan mempertahankan adat-adat serta tradisi lokalnya. Salah satu bukti bahwa masyarakat desa masih mempertahankan kearifan lokal yang ada adalah tradisi “methil” yang hingga saat ini masih mereka laksanakan dan membuktikan kemampuan mereka dalam melawan arus modernisasi. Alasan mereka masih mempertahankan tradisi tersebut sangatlah beragam. Antara lain karena mereka masih percaya kalau mereka akan diberi keselamatan jika melaksanakan tradisi tersebut, mencoba terus mempertahankan adat istiadat desa sebagai warisan orang tua, mereka masih percaya kepada mitos, dan mereka ingin bersedekah dengan cara bancaan sebagai wujud rasa syukur atas hasil panen yang mereka dapatkan.









SIMPULAN
Proses pelaksanaan tradisi “methil” ada 2 versi. Yang pertama, yaitu proses pelaksanaan upacara bancaan yang sangat tradisional yang dilakukan oleh warga di sawah dan pelaksanaan upacara bancaan yang sangat modern di rumah.
Nilai-nilai yang ada dalam tradisi “methil” ada 8 macam nilai yaitu nilai religius, nilai toleransi, nilai tanggung jawab, nilai kreatif, nilai tanah air, nilai peduli lingkungan, nilai komunikatif, nilai peduli sosial. Kedelapan nilai tersebut dapat ditemukan dalam upacara bancaan yang mereka lakukan baik di sawah ataupun di rumah.
Alasan mereka melaksanakan tradisi “methil” di era modrnisasi ini sangatlah beragam. Namun, modernisasi ternyata juga telah menimbulkan dampak perubahan terhadap tata cara serta lokasi pelaksanaan upacara tradisi methil.


















REFERENSI
Al Hasani, Mohammad Muwafiqilah dan Jatiningsih, “Makna Simbolik Dalam Ritual Kawit dan Wiwit Pada Masyarakat Pertanian Di Desa Ngasemlemahbang Kecmatan Ngimbang Kabupaten Lamongan,” Kajian Moral dan Kewarganegaraan, Volume 03 Nomor 02, 2014.
Anggraini, N. R. 2017. Nilai-Nilai Dalam Tradisi Methil Pari Di Dusun Batokan Desa Banjarejo Kecamatan Ngariboyo, Magetan: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. [Internet]. Dapat diunduh dari: https://www.google.co.id/url?q=http://www.etheses.iainponorogo.ac.id/2582/1/Rizki%2520Nur%2520Anggraini.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwiVo7a6goniAhXRb30KHWpWC48QFjAFegQlBxAB&usg=AOvVaw2MkTzDRem24Ty2-e2zmjsn
Fajarini, Ulfah. 2014. Peranan Kearifan Lokal dalam Pendidikan Karakter (The Role of Local Wisdom for CharacterEducation). Jurnal Sosio Didaktika, 1 (2): 123-130.
https://m.detik.com/news/berita-jawa-timur/d-3699178/methil-mbok-sri-ritual-petani-madiun-syukuri-panen-padi
https://www.neliti.com/id/publications/13642/tradisi-methil-sebagai-salah-satu-warisan-kearifan-lokal-di-desa-karangmalang-ke
https://www.google.co.id/url?q=https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/10/pengertian-kearifan-lokal-menurut-para-ahli-ciri-ciri-ruang-lingkup-contoh.html&sa=U&ved=2ahUKEwibv7G5iYniAhXBro8KHeQ2CDMQFjAAegQlBRAB&usg=AOvVaw1303c69_yciT2G_QAZ_ieS
http://lilawatyy9.blogspot.com/2013/01/solusi-untuk-mempertahankan-kearifan.html?m=1
http://setyoarie.blogspot.com/2011/02/upacara-methil.html?m=1
http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-kearifan-lokal-secara-umum/
http://m.tribunnews.com/tribunners/2016/01/06/tradisi-wiwitan-cara-masyarakat-jawa-bersyukur-atas-hasil-panen
http://iaaipusat.wordpress.com/2012/04/08/peranan-dewi-sri-dalam-tradisi-prtanian-di-indonesia/
https://www.kompasiana.com/bintiquryatulmasruroh/558035b55097734d106cd0e7/methik-pari-mbok-sri-sedono
http://dusunbajang.blogspot.com/2015/05/tradisi-selamatan-metil-pari-atau.html?m=1
Rahayu, N. F. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Tradisi Saparan Di Dukuh Warak Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti Salatiga Tahun 2017: Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Sartini. 2004. Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafati. Dalam: Jurnal Filsafat. [Internet]. [Dikutip 11 November 2011]; 37(2): 111-120. Dapat diunduh dari:  http://www.search-document.com/pdf/1/1/Menggali-Kearifan-Lokal-Nusantara-Sebuah-Kajian-Filsafati.html
Septiana, I. 2013. Tradisi “Methil” Sebagai Salah Satu Warisan Kearifan Lokal Di Desa Karangmalang Kecamatan Kasreman Kabupaten Ngawi: Universitas Sebelas Maret, Surakarta. [Internet]. Dapat diunduh dari: http://www.google.co.id/url?q=https://eprints.uns.ac.id/1931/1/2115-4768-1-SM.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwjotPy94lriAhV96XMBHZohDJoQFjAAegQlAhAB&usg=AovVaw22YG6jrYRvTfRyC-ieW6Pk
Suyahman. 2017. Internalisai Kearifan Lolal Dalam  era Globalisasi Menyongsong Generasi Emas Tahun 2045: Universitas Diponegoro, Semarang.
Suyahman. 2015. Pendidikan Untuk Semua Antara Harapan Dan Kenyataan: Univesitas Bantara Sukoharjo, Sukoharjo.
Suyahman. 2017. Peningkatan Mutu Pembeajaran Ppkn Melalui Penerapan Model Pembelajran Interaksi Sosial Teroadu Dengan Modifikasi Tingkah Laku Di SMP Negeri 1 Kartasura Tahun Pembelajaran 2017-2018 : Universitas Bantara Sukoharjo, Sukoharjo.
Suyahman. 2016. Analisis Kebijakan Pendidikan Gratis Di Sekolah Menengah Ata Dalam Kaitannya Dengan Kualitas Pendidikan Menengah Atas: Veteran Bangun Nusantara University of Sukoharjo.
Suyahman. 2017. Penguatan Karakter Kewirausahaan Melalui Pendidikan Keluarga: Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo.
Yuliana, E. 2010. Makna Tradisi “Selamatan Petik Pari” Sebagai Wujud Nilai-Nilai Religius Masyarakat Desa Putungsewu Kecamatan Wagir Kabupaten Malang: Universitas Negeri Malang, Semarang. [Internet]. Dapat diunduh dari: https://www.google.ac.id/url?q=http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelCC9AB4DBD218855954F6435D44237A16.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwiVo7a6goniahXRb30KHWpWC48QFjAEegQlARAB&usg=AOvVaw2E6jQhTHPoMdVuALQci9DQ



LAMPIRAN
Uborampe (Perlengkapan)

Wawancara dengan tokoh adat



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tradisi Adat Selapanan